colum

Rabu, 20 April 2016

FISIKA STATISTIK (Jonfigurasi Penyusun Kasik )

Konfigurasi Penyusun Klasik


Kita akan berangkat dari asumsi bahwa energi yang dimiliki sistems-sistem dalam assembli dianggap terdiri atas tingkat-tingkat energi. Tingkat-tingkat energi tersebut berada dalam rentangan dari nol sampai tak berhingga. Gambar 2.1 adalah ilustrasi tingkat-tingkat energi yang dimiliki assembli.

Untuk sistem klasik, seperti atom gas, perbedaan energi dua tingkat berdekatan

mendekati nol, atau εi+1 εi 0 . Perbedaan energi yang mendekati nol memiliki makna bahwa tingkat energi sistem klasik bersifat kontinu. Sistem menempati salah satu dari keadaan energi di atas. Dalam sistem klasik juga tidak ada batasan jumlah sistem yang dapat menempati satu keadaan energi. Satu keadaan energi dapat saja kosong, atau ditempati oleh satu sistem, oleh dua sistem, dan seterusnya. Bahkan semua sistem berada pada satu keadaan energi pun tidak dilarang.
Agar sifat fisis dari assembli dapat ditentukan maka kita harus mengetahui bagaimana   penyusunan sistem pada tingkat-tingkat energy yang ada serta probabilitas kemunculan masing-masing cara penyusunan tersebut. Pemahaman ini perlu karena nilai
terukur dari besaran yang dimiliki assembli sama dengan perata-rataan besaran tersebut
terhadap semua kemungkinan penyusunan sistem pada tingkat-tingkat energi yang ada.
Cara menghitung berbagai kemungkinan penyusunan sistem serta probabilitas kemunculannya menjadi mudah bila tingkat-tingkat energi yang dimiliki assembli dibagi atas beberapa kelompok, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2. Tiap kelompok memiliki jangkauan energi yang cukup kecil
Kelompok pertama memiiki jangkauan energy  0 sampai dε
Kelompok pertama memiiki jangkauan energy dε sampai 2dε
Kelompok pertama memiiki jangkauan energy 2dε sampai 3dε

Ambil partikel pertama. Kita dapat menempatkan partikel ini entah di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke- g1 . Jadi jumlah cara menempatkan partikel pertama pada kelompok-1 yang memiliki g1 keadaan adalah g1 cara. Setelah partikel-1 ditempatkan, kita ambil partikel 2. Partikel ini pun dapat ditempatkan di keadaan ke-1, keadaan ke-2, keadaan ke-3, dan seterusnya hingga keadaan ke- g1 . Dengan demikian, jumlah cara menempatkan partikel kedua juga g1 cara. Hal yang sama juga berlaku bagi partikel ke-3, partikel ke-4, dan seterusnya, hingga partikel ke- n1 . Akhirnya, jumlah cara menempatkan n1 partikel pada g1 buah keadaan adalah

g1 ×g1 ×g1 ×...×g1  ( n1 buah perkalian) = g1n1


Sejumlah g1n1 cara di atas secara implisit mengandung makna bahwa urutan pemilihan partikel yang berbeda menghasilkan penyusunan yang berbeda pula. Padahal

tidak demikian. Urutan pemilihan yang berbeda dari sejumlah n1 partikel yang ada tidak berpengaruh pada penyusunan asalkan jumlah partikel pada tiap bangku tetap jumlahnya. Urutan pemilihan sejumlah n1 partikel menghasilkan n1! macam cara penyusunan. Dengan demikian, jumlah riil cara penyusunan n1 partikel pada g1 buah keadaan seharusnya adalah

g1n1
n1!


Penjelasan yang sama juga berlaku bagi n2 buah partikel yang disusun pada g2 keadaan. Jumlah cara penyusunan partikel tersebut adalah

g2n2
n2 !


Secara umum jumlah cara menempatkan ns partikel di dalam kelompok energi yang mengandung gs keadaan adalah

gsns
ns !


Akhirnya jumlah cara mendistribusikan secara bersama-sama n1 sistem pada kelompok dengan g1 keadaan, n2 sistem pada kelompok dengan g2 keadaan, .. , ns sistem pada gs keadaan adalah
yang  mengandung  n1  sistem  pada  kelompok  dengan  g1  keadaan,  n2   sistem  pada